Kamis, 30 Januari 2014

My Beloved Papa♥

Kali ini, saya mau bercerita tentang Ayah saya, yang biasa saya panggil “Papah”.

Nama belakang saya adalah “Haris”, nama dari seorang laki-laki hebat yang amat saya sayangi—papah saya. Papah saya bernama Abdul Haris, beliau adalah seorang wiraswasta, tepatnya seorang pedagang daging sapi di pasar Arjawinangun.. Jangan fikir bahwa menjadi seorang pedagang itu mudah, nyatanya justru tidak...

Setiap tengah malam atau dini hari, papah sudah bangun untuk berangkat mencari daging sapi untuk dijual esok hari, setelah dapat, papah langsung menuju pasar untuk berjualan sendirian menunggu assistantnya untuk gantian dagang dan pembeli yang datang... Biasanya, ketika saya mau berangkat sekolah, papah baru pulang.. ya seperti itulah, papah bagaikan kalong, melek malem-tidur pagi.. Gak bisa dibayangkan betapa capeknya beliau.. Belum lagi kalau mamah pergi praktek ke luar kota (Mamahku adalah seorang bidan), papah lah yang menggantikan tugas mamah untuk memberi saya dan adik saya makan :D :3 setiap sore, papah juga pergi untuk mencari kaki atau kepala sapi yang susah dicari kalau malam hari.. Biasanya sebelum pulang papah mengirimkan sebuah pesan singkat kepadaku, “Nok, mau papah beliin makan apa? Mau eskrim enggak?”.
Makan malam langganan yang selalu papah bawa adalah Nasi Kuning yang papah beli di Plered, dan untuk menghibur saya dan adik saya, papah terkadang membelikan makanan ringan dari supermarket... Sungguh, betapa bangganya saya memiliki papah.
 
Belum lagi, beliau selalu mendukung saya apapun yang saya lakukan. Saya adalah seorang pramuka, walaupun papah gak setuju saya ikut pramuka, yang katanya ‘capek’ dan ‘buat apa sih ikut begituan’, tapi apapun papah lakukan buat saya. Pernah suatu ketika, sekolah mengadakan pengukuhan anggota baru di Yonif Majalengka, karena siangnya saya mengikuti sebuah perlombaan, jadi teman-teman lain berangkat duluan meninggalkan saya, papahlah yang akhirnya mengantar saya ke Majalengka, di tengah guyuran hujan lebat dan angin kencang, beliau mengendarai mobil hanya demi mengantarkan saya.. Bahkan papah gak lupa nanya, “Udah makan belum? Nanti disana tuh nok gak makan2.. Makan dulu ya.” Oh Allah :’)

Dan masih banyak lagi pengorbanan dan kebaikan beliau untukku, yang tak akan pernah bisa ku balas.. Sungguh, saya mencintai Papah, karena Allah

0 komentar:

Posting Komentar