Nama belakang
saya adalah “Haris”, nama dari seorang laki-laki hebat yang amat saya
sayangi—papah saya. Papah saya bernama Abdul Haris, beliau adalah seorang wiraswasta,
tepatnya seorang pedagang daging sapi di pasar Arjawinangun.. Jangan fikir
bahwa menjadi seorang pedagang itu mudah, nyatanya justru tidak...
Setiap tengah
malam atau dini hari, papah sudah bangun untuk berangkat mencari daging sapi
untuk dijual esok hari, setelah dapat, papah langsung menuju pasar untuk
berjualan sendirian menunggu assistantnya untuk gantian dagang dan pembeli yang
datang... Biasanya, ketika saya mau berangkat sekolah, papah baru pulang.. ya
seperti itulah, papah bagaikan kalong, melek malem-tidur pagi.. Gak bisa
dibayangkan betapa capeknya beliau.. Belum lagi kalau mamah pergi praktek ke
luar kota (Mamahku adalah seorang bidan), papah lah yang menggantikan tugas
mamah untuk memberi saya dan adik saya makan :D :3 setiap sore, papah juga
pergi untuk mencari kaki atau kepala sapi yang susah dicari kalau malam hari..
Biasanya sebelum pulang papah mengirimkan sebuah pesan singkat kepadaku, “Nok,
mau papah beliin makan apa? Mau eskrim enggak?”.
Makan malam
langganan yang selalu papah bawa adalah Nasi Kuning yang papah beli di Plered,
dan untuk menghibur saya dan adik saya, papah terkadang membelikan makanan
ringan dari supermarket... Sungguh, betapa bangganya saya memiliki papah.
Belum lagi,
beliau selalu mendukung saya apapun yang saya lakukan. Saya adalah seorang
pramuka, walaupun papah gak setuju saya ikut pramuka, yang katanya ‘capek’ dan
‘buat apa sih ikut begituan’, tapi apapun papah lakukan buat saya. Pernah suatu
ketika, sekolah mengadakan pengukuhan anggota baru di Yonif Majalengka, karena
siangnya saya mengikuti sebuah perlombaan, jadi teman-teman lain berangkat
duluan meninggalkan saya, papahlah yang akhirnya mengantar saya ke Majalengka,
di tengah guyuran hujan lebat dan angin kencang, beliau mengendarai mobil hanya
demi mengantarkan saya.. Bahkan papah gak lupa nanya, “Udah makan belum? Nanti
disana tuh nok gak makan2.. Makan dulu ya.” Oh Allah :’)
Dan masih
banyak lagi pengorbanan dan kebaikan beliau untukku, yang tak akan pernah bisa
ku balas.. Sungguh, saya mencintai Papah, karena Allah ♥
0 komentar:
Posting Komentar